Persatuan Umat Islam dari Mimpi Menuju Kenyataan
Persatuan antara umat Islam dan ukhuwwah islamiyyah merupakan salah satu prinsip yang amat mendasar dalam agama kita. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memotivasi kita untuk merealisasikannya dalam sabdanya,
“Jadilah kalian hamba Allah yang saling bersaudara. Muslim adalah saudara bagi muslim yang lain. Tidak boleh ia menzhaliminya, menelantarkannya dan menghinanya.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah adhiallahu anhu). [Redaksi www.KhotbahJumat.com]
***
Persatuan Umat Islam dari Mimpi Menuju Kenyataan
KHUTBAH PERTAMA
إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاء وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعْ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماً
أَمَّا بَعْدُ، فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ، وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرُّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ
Jamaah Jumat rahimakumullah
Mari kita tingkatkan ketakwaan kepada Allah Ta’ala dengan ketakwaan yang sebenar-benarnya; yaitu mengamalkan apa yang diperintahkan oleh-Nya dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam serta menjauhi apa yang dilarang oleh-Nya dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Jamaah Jumat yang semoga dimuliakan Allah Subhanahu wa Ta’ala
Tentu banyak di antara kita yang masih ingat, salah satu falsafah hidup yang kerap diajarkan oleh bapak dan ibu guru di sekolah dahulu, yang juga merupakan warisan turun-temurun nenek moyang kita dari zaman ke zaman. Yaitu perumpamaan tentang sapu lidi. Sebuah perumpamaan yang sederhana namun penuh dengan makna.
Sebatang lidi tidak akan ada artinya bagi tumpukan sampah yang menggunung. Sebatang lidi tidak akan membersihkan sampah di keliling kita. Bahkan bukan tidak mungkin sebatang lidi akan patah-patah. Tidak demikian bila batangan-batangan lidi itu dikumpulkan menjadi satu lalu diikat di pangkalnya. Tenaga yang kecil dari sebatang lidi akan menjadi kekuatan yang besar bila menyatu dalam satu kesatuan yang terikat kokoh dengan kebersamaan. “Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh”, itulah filosofinya.
Kehidupan manusia dapat berjalan baik, sebagaimana sebuah sapu lidi, jika manusia mempererat ikatannya. Disadari ataupun tidak, manusia membentuk kumpulan berdasarkan ikatan tertentu. Umat Islam merupakan kumpulan dari para muslim yang terikat oleh kesamaan aqidah.
Persatuan antara umat Islam dan ukhuwwah islamiyyah merupakan salah satu prinsip yang amat mendasar dalam agama kita. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memotivasi kita untuk merealisasikannya dalam sabdanya,
“Jadilah kalian hamba Allah yang saling bersaudara. Muslim adalah saudara bagi muslim yang lain. Tidak boleh ia menzhaliminya, menelantarkannya dan menghinanya.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu)
Persatuan akan menghasilkan begitu banyak manfaat. Persatuan akan membuahkan kekuatan, persatuan akan menumbuhkan ketenangan batin, persatuan akan memunculkan solidaritas, persatuan akan membangun kepedulian sosial, dan masih banyak buah manis lain yang akan dihasilkan oleh persatuan.
Karenanya, begitu banyak ibadah dalam agama kita yang disyariatkan untuk dilaksanakan secara berJamaah. Dari ibadah yang bersifat harian seperti shalat lima waktu, mingguan semisal shalat Jumat, hingga yang bersifat tahunan seperti Idul Fitri, Idul Adha, serta pelaksanaan ibadah haji.
Mengapa berjamaah? Antara lain adalah dalam rangka merealisasikan persatuan dan meretas kebersamaan serta kasih sayang di antara kaum muslimin.
Kaum muslimin dan muslimat yang kami hormati
Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam membuat sebuah perumpamaan yang sangat indah, tentang bagaimana seharusnya kaum muslimin bersaudara di antara mereka,
مَثَلُ المُؤْمِنِيْنَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ كَمَثَلِ الَجسَدُ الوَاحِدُ إِذَا أَشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الَجسَدِ بِالْحُمِّى وَالسَهَرِ
“Perumpamaan kaum mukminin dalam ukhuwwah (persaudaraan), kasih sayang dan kepedulian sesama mereka abgaikan satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuh sakit maka seluruh bagian tubuh akan ikut merasakan sakit dan tidak bisa tidur.” (HR. Bukhari dan Muslim dari an-Nu’man bin Basyir radhiallahu ‘anhu)
Subhanallah, alangkah indahnya andaikan perumpamaan tersebut benar-benar dibumikan dalam kehidupan kita sehari-hari.
Niscaya kita tidak akan lagi mendengar jeritan si miskin yang dililit oleh bunga pinjaman para lintah darat, yang ternyata baik si fakir maupun si rentenir sama-sama beragama Islam di KTP-nya! Pinjam-meminjam yang sebenarnya dalam agama kita berdimensi ibadah serta kepedulian sosial, disulap menjadi sarana untuk menghisap harta orang-orang tak berdaya tanpa adanya rasa belas kasihan sedikit pun.
Andaikan wasiat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas benar-benar dipraktikkan, niscaya kita tidak akan lagi mendengar keluhan para orang miskin, yang seharusnya per bulannya ia menerima jatah raskin sebanyak 15 kg, ia harus rela menerimanya hanya 3 kg saja! Mengapa? Karena ternyata orang-orang kaya dan yang sebenarnya berkecukupan, merasa iri dan menuntut untuk diberi jatah pula! Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un, sudah matikah hati dan perasaan mereka? Bukannya menyisihkan sebagian hartanya untuk diinfaqkan kepada kaum papa, malah menyerobot jatah mereka! Anak SD pun tahu arti raskin; beras untuk orang miskin, bukan beras untuk orang kaya!
Jika nasihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tadi diejawantahkan dalam kehidupan kita, niscaya kita tidak akan lagi membaca berita tentang bayi-bayi yang kekurangan gizi atau anak-anak yang mati karena terserang penyakit busung lapar!
Andaikan petuah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dijalankan, andaikan dan andaikan..
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Dengan melihat fenomena begitu terkotak-kotak tubuh kaum muslimin, sebagian kalangan merasa pesimis untuk bisa mewujudkan persatuan tersebut. Mereka memilih menyerah terhadap realita.
Padahal seharusnya seorang muslim senantiasa menjunjung tinggi optimisme dalam setiap permasalahan yang mereka hadapi. Ia berusaha memadukan antara ikhtiar dan tawakal serta mengombinasikan antara keduanya.
Terkait dengan jalan apakah yang seharusnya ditempuh kaum muslimin guna mewujudkan mimpi indah persatuan tersebut, ayat Alquran dan hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memerikan keterangan amat jelas.
Allah Ta’ala berfirman,
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُوا
“Berpeganglah kalian semuanya kepada tali Allah. Dan janganlah kalian bercerai-cerai.” (QS. Ali Imran: 103)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللهَ يَرْضَى لَكُمْ ثَلَاثاً، وَيَكْرَهُ لَكُمْ ثَلَاثاً. فَيَرْضَى لَكُمْ أَنْ تَعْبُدُوْهُ وَلَا تُشْرِكُوْا بِهِ شَيْئاً، وَأَنْ تَعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيْعاً، وَلَا تَفَرَّقُوْا. وَيَكْرَهُ لَكُمْ، قِيْلَ وَقَالَ، وَكَثْرَةُ السُؤَالِ، وَإِضَاعَةُ المَالِ
“Sesungguhnya Allah meridhai tiga hal dan membenci tiga hal atas kalian. Dia ridha jika (1) kalian beribadah kepada-Nya dan tidak mempersekutukan-Nya dengan suatu apa pun, (2) kalian semua berpegang teguh dengan tali Allah dan tidak berpecah belah, (3) menasihati pemerintah kalian. Dan Allah membenci (1) perbincagan yang tidak ada gunanya, (2) banyak bertanya (tentang suatu yang tidak berfaidah) , serta (3) membuang-buang harta.” (HR. Muslim dan Ahmad dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu)
Ayat dan hadis di atas menjelaskan pada kita apa yang seharusnya dijadikan sebagai landasan persatuan kaum muslimin, yakni tali Allah.
Menilik keterangan yang disampaikan para ulama Islam, bisa disimpulkan bahwa tali Allah yang dimaksud adalah: ajaran Islam yang bersumber dari Alquran dan hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan pemahaman para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Persatuan antar kaum muslimin tidak akan pernah tercapai selama mereka belum kembali kepada ajaran agamanya yang benar. Dalam akidah, ibadah, akhlak, dan seluruh sisi kehidupan mereka.
Konsekuensinya, manakala ada ideologi, keyakinan, atau perilaku kaum muslimin yang tidak sejalan dengan ajaran Islam, maka penyimpangan tersebut harus diluruskan. Walaupun telah mengakar, mengurat, dan membudaya ratusan tahun.
Di sinilah egoisme individu, golongan kelompok, organisasi, partai, suku, atau apapun juga harus dikesampingkan dan dikalahkan. Para ulama, ustadz, kyai, mubaligh, dan da’i, dalam tugas pelurusan ini memegang peranan yang amat besar dan signifikan. Mereka adalah salah satu pihak yang paling bertanggung jawab untuk mengemban amanah mulia tersebut.
Maka andaikan mereka berusaha menjalankan tugas berat tersebut sebaik-baiknya; dengan mengajak umat kembali kepada jalan lurus Nabi mereka shallallahu ‘alaihi wa sallam dan membenahi aqidah atau tata cara ibadah mereka yang belum benar, dengan cara yang hikmah dan tutur kata yang santun, janganlah mereka dituduh sebagai biang perpecahan dan perselisihan. Sebab sejatinya mereka para pahlawan pembela persatuan.
Adapun faktor yang membuat kaum muslimin berpecah belah adalah ulah sebagian orang yang telah dijelaskan kepadanya dalil dari Alquran, hadis, dan perkataan para ulama Ahlus Sunnah dengan sejelas-jelasnya bahwa perbuatan yang mereka lakukan adalah keliru. Akan tetapi, mereka masih saja bersikeras untuk menjalankan dan membudayakan kegiatan tersebut. Orang-orang seperti inilah sebenarnya yang menimbulkan perpecahan di barisan kaum muslimin, sebagaimana yang disinggung oleh Allah Tabaraka wa Ta’ala dalam firman-Nya,
وَلاَ تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِن بَعْدِ مَاجَآءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَأُوْلاَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ
“Dan janganlah kalian menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat.” (QS. Ali-Imran: 105)
أقول قولي هذا، وأستغفر الله لي ولكم ولجميع المسلمين والمسلمات، فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم
KHUTBAH KEDUA
الْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَـمِيْنَ، أَمَرَنَا بِاتِّبَاعِ صِرَاطِهِ الْـمُسْتَقِيْمِ وَنَهَانَا عَنِ اتِّبَاعِ سُبُلِ أَصْحَابِ الْـجَحِيْمِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ الْـمَلِكُ الْبَرُّ الرَّحِيْمُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ بَلَّغَ اْلبَلاَغَ الْـمُبِيْنَ وَقَالَ: عَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ تَلَقَّوْا عَنْهُ الدِّيْنَ وَبَلَّغُوْهُ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا، أَمَّا بَعْدُ:
Jamaah Jumat rahimakumullah…
Itulah fondasi persatuan umat Islam yang direkomendasikan di dalam panduan hidup kita; Alquran dan sunah. Adapun upaya untuk mewujudkan persatuan umat tanpa fondasi tersebut, maka bagaikan menegakkan benang basah. Tidak pernah akan mengantarkan kepada cita-cita mulia itu.
Selama masing-masing golongan dan kelompok bersikukuh dengan berbagai prinsipnya yang tidak sejalan dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam, walaupun dilakukan pertemuan seratus kali pun, persatuan itu tidak akan terwujud.
Kebersamaan yang tampak secara lahiriah, hanya merupakan fatamorgana belaka. Jangan sampai kita membuat model persatuan semu seperti persatuan orang Yahudi dan kaum munafiqin, yang Allah sitir dalam firman-Nya,
تَحْسَبُهُمْ جَمِيعًا وَقُلُوبُهُمْ شَتَّى ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لاَّيَعْقِلُونَ
“Kamu kira mereka itu bersatu, padahal hati mereka berpecah belah. Yang demikian itu karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang tiada mengerti.” (QS. Al-Hasyr: 14)
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْـخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِي وَعَنْ جَمِيْعِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ لَـهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمَ الدِّيْنِ
اللَّهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْـمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْـمُشْرِكِيْنَ. وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّينِ، وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْـمُوَحِّدِيْنَ. اللَّهُمَّ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْـمُسْلِمِيْنَ في كُلِّ مَكَانٍ.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْـمُسْلِمَاتِ وَالْـمُؤْمِنِيْنَ وَالْـمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّهُ سَمِيْعٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ … اذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ الْـجَلِيْلَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ، وَاللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ.
Download Naskah Materi Khutbah Jum’at
[download id=”106″]
Info Naskah Khutbah Jum’at
Artikel khutbah jumat www.khotbahjumat.com
Kata kunci: persatuan.
Dukung Yufid dengan menjadi SPONSOR dan DONATUR.
- SPONSOR hubungi: 081 326 333 328
- DONASI hubungi: 087 882 888 727
- Donasi dapat disalurkan ke rekening: 4564807232 (BCA) / 7051601496 (Syariah Mandiri) / 1370006372474 (Mandiri). a.n. Hendri Syahrial
- Keterangan lebih lengkap: Peluang Menjadi Sponsor dan Donatur
Artikel asli: https://khotbahjumat.com/1130-persatuan-umat-islam-dari-mimpi-menuju-kenyataan.html